Friday, October 2, 2009

Yang (pernah) Terlupakan.....

Dulu saat kelas 1 sma, batinku selalu merasa tertekan tak tertahankan, bahkan aku sering merasa tak sanggup melewatinya, hingga akupun menangis,

waktu awal kelas 2, aku selalu merasa bosan setiap saat,bosan karena semua aktivitas yang hanya itu itu saja,

sekarang saat berada dikelas 3, aku merasa ada sesuatu yang rasanya hilang dari apa yang pernah ada dalam diriku, entah itu batinku atau aktivitasku.

Aku sadari itu kemarin pagi, dan akupun menyesalinya hari itu juga, dan inilah bagian yang pernah hilang jauh dariku....
Dulu saat kelas 1, aku selalu melewati hari bersama temaku icha. Kami selalu menghabiskan waktu berdua di pinggir lapangan (pinglap). Kami selalu bercerita tentang apa saja yang bisa kami ceritakan, selalu belajar bersama dan hal apapun itu selalu dikerjakan di pinglap. Tapi, kami juga tak pernah lupa untuk menyempatkan diri berdoa di kapel, meminta kepada Tuhan, apapun yang kami ingini. Kami berdua juga suka berdoa di gua Maria, menyalakan lilin dan sekali lagi meminta apa saja yang kami ingini..., tapi itu masa lalu

waktu kelas 2, aku masih setia setiap pagi bersama icha berdoa di kapel, namun kini bersama Indah. Tapi, kami tidak lagi di pinglap melainkan dibelakang kapel. Sambil menunggu misa selesai, biasanya kami selalu bercerita- cerita ria hinga belajar bersama. Tapi aktivitas itu tidaklah berlangsung lama, saat frater Hepi mengusir kami karena kami terlalu berisik. Kami pun memutuskan untuk tidak lagi berada dibelakang kapel. Kami hanya berada dikelas, dan itupun juga sudah jarang mengobrol.
dan kini, aku ingat itu semua perlahan, dari masa- masa sulit beradaptasi dengan lingkungan baruku,kebosananku dan itu kulampiaskan dikapel. Aku selalu menolak jalanku, mengeluhkan kondisiku, dan mempertanyakan kenyataan yang tak kumengerti. Selalu datang kekapel hanya berdasarkan formalitas saja karena duduk dekat dibelakang kapel. Padahal,tak jarang aku jadi malas ke kapel karena indah atau icha tidak masuk sekolah. Berdoa hanya karena rutinitas semata. Tak jarang aku kesal pada Tuhan, dan selalu menuntut yang aku inginkan, dan itulah yang aku sadari....

kemarin aku memutuskan pergi ke kapel, disana aku seperti menemukan jiwaku yang hilang, menemukkan kesetiaan diriku yang dulu, yang selalu rajin menunggu misa hingga selesai. Aku tak bisa berbohong, aku menangis saat itu. Menangis bukan karena permintaan ku yang tak kunjung dikabulkan, atau emosiku yang sedang tidak stabil, tapi aku menangis, karena aku sunguh-sungguh rindu pada NYA. Aku merasa ia begitu dekat denganku, ada dalam ruang itu. Sudah lama sekali aku tidak pernah ke kapel pagi- pagi untuk berdoa, apalagi ke gua Maria. kemarin sungguh membuat ku sadar, tak seharusnya kita melakukan sesuatu jika kita tak menginginkannya. Rajin berdoa tapi tak ada kerinduan pada Tuhan. Rajin berdoa, tapi selalu menuntut hal yang tidak- tidak. dan rajin berdoa tapi pura-pura lupa akan kebaikkan Tuhan.

Aku ingin kembali ke aktivitasku yang dulu, mencoba untuk datang kerumahnya bukan dasar formalitas atau menyampaikan segudang keinginan, tapi aku ingin menemuinya untuk menunjukkan kesetiaanku pada NYA. Kalaupun aku malas kekapel, lebih baik jangan dipaksa. Berdoa dengan rasa yang tawar dan tak melekat di hati. Aku ingin datang dengan penuh ketulusan, dan tanpa paksaan. Masa-masa itu pernah terlupakan, dan kini kurasa takkan terulang kembali.

0 comments: